Steamers dengan segala perkembangan yang ada di dunia vape hingga saat ini, di mata steamers sendiri Vape itu seperti apa? Hobi, gaya hidup atau kebutuhan?
Vape sebagai tren gaya hidup baru bagi remaja, tren vape semakin menyebar luas di kalangan masyarakat luas.Berbicara tentang Vape atau sering disebut di kalangan masyarakat dan remaja yaitu Rokok Elektrik, Menurut (Susanto,Tanuwihardja 2012), Vape (rokok elektrik) atau e-cigarrete,yaitu sebuah inovasi dari bentuk rokok konvensional menjadi rokok modern. Rokok elektrik pertama kali di kembangkan pada tahun 2003 oleh SBT Co Ltd. Kemudian pengertian rokok menurut (Wikipedia) adalah batang silinder yang dibuat menggunakan kertas yang diisi dengan menggunakan daun tembakau dan bahan-bahan lainnya yang memiliki ukuran diameter sekitar 10 mm dan ukuran panjang 70 hingga 120 mm.
Vape ini memiliki beberapa kemudahan bagi pengguna rokok elektrik antara lain : lebih mudah di bawa, lebih mudah memakai nya karena tidak menggunakan korek api/ mancis seperti rokok. Cara menggunakan vape harus dicas dan ada juga vape yang memiliki baterai seperti baterai remote tv yang tidak perlu di cas,pemakaian baterai bisa tahan dalam jangka waktu 1 hari,charger pada vape kecil sehingga tidak merepotkan pengguna membawanya,para pengguna biasanya menggunakan vape di tempat cafe tongkrongan nya. Pasti pembaca bertanya apakah para pengguna vape mempunyai komunitas? Jawaban nya adalah iya mereka mempunyai komunitas masing-masing di setiap daerahnya.
Menurut salah satu Mahasiswa pengguna vape semua berawal dari perokok biasa sampai menjadi pengguna vape, harga vape yang di beli juga relatif murah dengan jangka waktu yang bisa digunakan lama, harga vape bekisar dari harga Rp. 200.000 hingga Rp.2.000.000 . Sementara perokok aktif dalam perharinya akan mengabiskan uang senilai Rp. 50.000 untuk membeli rokok saja. Dan harga liquid (cairan vape) berkisar Rp. 23.000 hingga Rp. 80.000 dengan pemakaian liquid 30 ml bisa habis dalam 5 hari. Liquid vape juga menawarkan beberapa varian rasa yang para pengguna suka seperti, mangga, vanilla, coklat, strawberry, mocacino dan lain lain . Karena wangi aroma dari cairan itu sangat enak sehingga membuat kaum remaja menyukainya,berbeda dengan rokok yang sangat mengganggu kenyamanan orang-orang disekitar.
Untuk mendapatkan sensasi rasa yg maksimal tentunya dibutuhkan petualangan, walhasil ada aktivitas baru yg ditekuni. Seringkali mereka terlalu asyik dalam mengejar ilusi rasa, sehingga tujuan awal vaping untuk memenuhi kebutuhan nikotin menjadi terabaikan. Persepsi vaping sebagai sebuah kebutuhan mulai berubah haluan menjadi hobi baru yang (bisa dibilang) menyita waktu.
Ketika orientasi vaping sudah menjadi hobi, diakui atau tidak mereka sebenernya telah dimanipulasi oleh kondisi. Maksudnya begini, rasionalitas vape itu sebagai media alternatif untuk menikmati nikotin.
Nah, nikotin bukan lagi target atau prioritas utama yg dikejar, posisi nikotin bergeser menjadi target sekunder. Vaping sebagai hobi fungsinya berubah menjadi alat untuk menikmati flavour.
Bandingkan dengan hobi lain, meskipun fungsinya sama yaitu demi mengejar kepuasan, targetnya masih realistis dan tetap pada jalur yang benar. Fotografi misalnya, targetnya dari awal adalah sebuah tampilan sebuah obyek foto. Mana ada orang beli kamera canggih cuma dipakai buat ngintip orang mandi?
Usaha apapun yg dilakukan tetap fokus pada hasil foto yang maksimal. Kepuasan didapat ketika foto yang dihasilkan sesuai ekspektasi. Begitu juga audio, berapapun uang yg mereka keluarkan itu semua demi mengejar sound atau output yang optimal.
Banyak juga yang punya argumen, vaping itu tidak melulu masalah nikotin, apalagi buat mereka yg tadinya bukan perokok. Vaping itu passion dan seni yang mengkombinasikan nikotin dan flavour.
Vape sebagai tren gaya hidup baru bagi remaja, tren vape semakin menyebar luas di kalangan masyarakat luas.Berbicara tentang Vape atau sering disebut di kalangan masyarakat dan remaja yaitu Rokok Elektrik, Menurut (Susanto,Tanuwihardja 2012), Vape (rokok elektrik) atau e-cigarrete,yaitu sebuah inovasi dari bentuk rokok konvensional menjadi rokok modern. Rokok elektrik pertama kali di kembangkan pada tahun 2003 oleh SBT Co Ltd. Kemudian pengertian rokok menurut (Wikipedia) adalah batang silinder yang dibuat menggunakan kertas yang diisi dengan menggunakan daun tembakau dan bahan-bahan lainnya yang memiliki ukuran diameter sekitar 10 mm dan ukuran panjang 70 hingga 120 mm.
Vape ini memiliki beberapa kemudahan bagi pengguna rokok elektrik antara lain : lebih mudah di bawa, lebih mudah memakai nya karena tidak menggunakan korek api/ mancis seperti rokok. Cara menggunakan vape harus dicas dan ada juga vape yang memiliki baterai seperti baterai remote tv yang tidak perlu di cas,pemakaian baterai bisa tahan dalam jangka waktu 1 hari,charger pada vape kecil sehingga tidak merepotkan pengguna membawanya,para pengguna biasanya menggunakan vape di tempat cafe tongkrongan nya. Pasti pembaca bertanya apakah para pengguna vape mempunyai komunitas? Jawaban nya adalah iya mereka mempunyai komunitas masing-masing di setiap daerahnya.
Menurut salah satu Mahasiswa pengguna vape semua berawal dari perokok biasa sampai menjadi pengguna vape, harga vape yang di beli juga relatif murah dengan jangka waktu yang bisa digunakan lama, harga vape bekisar dari harga Rp. 200.000 hingga Rp.2.000.000 . Sementara perokok aktif dalam perharinya akan mengabiskan uang senilai Rp. 50.000 untuk membeli rokok saja. Dan harga liquid (cairan vape) berkisar Rp. 23.000 hingga Rp. 80.000 dengan pemakaian liquid 30 ml bisa habis dalam 5 hari. Liquid vape juga menawarkan beberapa varian rasa yang para pengguna suka seperti, mangga, vanilla, coklat, strawberry, mocacino dan lain lain . Karena wangi aroma dari cairan itu sangat enak sehingga membuat kaum remaja menyukainya,berbeda dengan rokok yang sangat mengganggu kenyamanan orang-orang disekitar.
Untuk mendapatkan sensasi rasa yg maksimal tentunya dibutuhkan petualangan, walhasil ada aktivitas baru yg ditekuni. Seringkali mereka terlalu asyik dalam mengejar ilusi rasa, sehingga tujuan awal vaping untuk memenuhi kebutuhan nikotin menjadi terabaikan. Persepsi vaping sebagai sebuah kebutuhan mulai berubah haluan menjadi hobi baru yang (bisa dibilang) menyita waktu.
Ketika orientasi vaping sudah menjadi hobi, diakui atau tidak mereka sebenernya telah dimanipulasi oleh kondisi. Maksudnya begini, rasionalitas vape itu sebagai media alternatif untuk menikmati nikotin.
Nah, nikotin bukan lagi target atau prioritas utama yg dikejar, posisi nikotin bergeser menjadi target sekunder. Vaping sebagai hobi fungsinya berubah menjadi alat untuk menikmati flavour.
Bandingkan dengan hobi lain, meskipun fungsinya sama yaitu demi mengejar kepuasan, targetnya masih realistis dan tetap pada jalur yang benar. Fotografi misalnya, targetnya dari awal adalah sebuah tampilan sebuah obyek foto. Mana ada orang beli kamera canggih cuma dipakai buat ngintip orang mandi?
Usaha apapun yg dilakukan tetap fokus pada hasil foto yang maksimal. Kepuasan didapat ketika foto yang dihasilkan sesuai ekspektasi. Begitu juga audio, berapapun uang yg mereka keluarkan itu semua demi mengejar sound atau output yang optimal.
Banyak juga yang punya argumen, vaping itu tidak melulu masalah nikotin, apalagi buat mereka yg tadinya bukan perokok. Vaping itu passion dan seni yang mengkombinasikan nikotin dan flavour.